Pengeluaran Aktiva Tetap (Expenditure) dalam Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap


Pada halaman ini akan dibahas mengenai Pengeluaran Aktiva Tetap (Expenditure) dalam Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap. Semua informasi ini kami rangkum dari berbagai sumber. Semoga memberikan faedah bagi kita semua.

Pengeluaran Aktiva Tetap | Expenditure


ekspenditure aktiva tetap
Pengeluaran Aktiva Ekspenditure

Dalam perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, ada fase penggunaan aktiva tetap (utilization) setelah fase perolehan aset tetap. 

Pada fase penggunaan aktiva tetap ini, aktiva tetap diharapkan menghasilkan output dan memberikan hasil kembali atas biaya biaya yang pernah dikeluarkan pada saat masa perolehannya.

Ya, sudah seharusnya aktiva tetap yang dibeli mulai menghasilkan sesuatu untuk perusahaan.

Tapi, pada setiap output yang dihasilkan oleh aktiva tetap, tentunya memerlukan pengorbanan yang dalam akuntansi biasa disebut sebagai beban/biaya (expenses) ataupun cost (harga pokok). 

Agar aktiva tetap bisa berproduksi untuk menghasilkan output yang diharapkan, aktiva tetap harus dijalankan atau dipekerjakan dengan maksimal. 

Atas aktivitas yang dilakukan pada suatu aset tetap saat dijalankan, ada dua kemungkinan yang akan timbul.
  • Adanya pengeluaran (expenditure) untuk perbaikan maupun untuk pemeliharaan aset tetap (maintenance)
  • Adanya penurunan fungsi, juga berkurangnya umur ekonomis aktiva tetap yang dioperasikan, dalam akuntansi bisa kita kenal sebagai penyusutan (depreciation)
    Pada tulisan kali ini, saya akan menuliskan tentang yang pertama, yaitu pengeluaran aktiva tetap (ekspenditure), karena untuk penyusutan aset tetap, sudah saya tulis sebelumnya.

    Perlakuan Akuntansi Pengeluaran Aktiva Tetap | Expenditure

    Seperti yang dijabarkan sebelumnya, akibat dari penggunaan aktiva tetap adalah adanya beberapa pengeluaran pengeluaran yang perlu dilakukan.

    Nah pertanyaannya..

    Apakah pengeluaran pengeluaran atas penggunaan aktiva tersebut DIBEBANKAN pada periode berjalan atau DIKAPITALISASI ?

    Mari kita simak.

    Ada beberapa kegiatan atau aktivitas yang biasa terjadi pada saat aktiva tetap digunakan.

    Seperti aktivitas pemeliharaan, perbaikan, pergantian komponen, upgrading, turun mesin (over haul) yang semuaya memerlukan biaya.

    # Pemeliharaan | Maintenance

    Pemeliharaan atau Maintenance aktiva tetap adalah tindakan yang bertujuan hanya untuk membuat aktiva bisa berfungsi normal seperti biasanya.

    Segala bentuk pengeluaran sebaiknya dijadikan biaya atau di-BEBAN-kan diperiode pada saat biaya maintenance tersebut di keluarkan.

    Apakah biaya pemeliharaan boleh dikapitalisasi ?

    Ok, yang ini dijawab nanti saja :)

    Contoh Kasus Biaya Maintenance :

    Untuk memberikan oli pada mesin produksinya seperti biasanya, PT ABC mengeluarkan uang sebesar Rp 400.000 serta membersihkan mesinnya.

    Pada kasus tersebut, transaksi sudah sangat jelas, bahwa PT ABC mengeluarkan cash untuk menjaga agar mesin produksinya bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

    Pengeluaran atas biaya maintenance ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

    Debit | Office Maintenance 400.000
    Kredit | Cash 400.000

    # Perbaikan Aktiva Tetap | Repair

    Perbaikan (repair) adalah tindakan terhadap aktiva tetap dimana kegiatan ini lebih besar daripada pemeliharaan (maintenance).

    Apabila aktiva tersebut bisa berfungsi secara maksimal jika dilakukan tindakan perbaikan (repair) terlebih dahulu.

    Seperti ada bagian atau komponen pada aktiva yang menurun fungsinya TETAPI masih belum diperlukan pergantian menyeluruh atas aktiva tersebut.

    Contoh Kasus :

    Dari kasus PT ABC diatas, saat teknisi mulai akan memasukkan atau mengganti oli akan tetapi diketahui komponen saluran oli mesinnya diketahui bocor terkena korosi sehingga oli mesin tak bisa bekerja dengan semestinya.

    Untuk itu PT ABC harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengelas bagian mesin tersebut sebesar Rp 600.000,-

    Dari contoh kasus di atas, kita dapat melihat bahwa tindakan ini bukan hanya sekedar aktivitas melakukan pemeliharaan (maintenance) melainkan sudah terjadi aktivitas perbaikan (repairs) pada aktiva tetap mesin yang dimiliki PT ABC.

    Maka, PT ABC harus melakukan pencatatan sebagai berikut :

    Debit | Akumulasi Penyusutan Mesin 600.000
    Debit | Office Maintenance 400.000
    Kredit | Cash 1.000.000

    Apakah boleh dikapitalisasi semua ?

    Sabar, tunggu dulu dijawab nanti saja :)

    # Pergantian Komponen Aset 

    Penggantian komponen aktiva tetap, sudah jelas maksudnya, kegiatan mengganti satu atau beberapa komponen dari aktiva tetap

    Contoh Kasus :

    Ditemukan bahwa wiper kaca mobil rusak dan ban mobil operasional pecah, wiper tidak bisa dipakai lagi sedangkan ban pecah.

    Maka PT ABC perlu melakukan penggantian terhadap komponen yang sudah tidak berfungsi tersebut secara terpisah.

    Dari nota pembelian. tertera harga ban Rp 1.475.000,- dan harga wiper kaca mobil adalah 70.000,- 

    Atas transaksi tersebut, dilakukan pencatatan sebagai berikut :

    Debit | Maintenance 70.000
    Debit | Akumulasi Penyusutan Mobil 1.475.000
    Kredit | Cash 1.545.000


    Mengapa tidak dikapitalisasi semua ?

    Mengapa hanya ban mobil yang dikapitalisasi ?

    Ok, mohon sabar lagi ya, nanti dulu dijawabnya :)

    # Pengangkatan Kapasitas 

    Perusahaan yang sedang bertumbuh dan berkembang, biasanya jumlah produksinya juga meningkat.

    Akibatnya, perusahaan mau tak mau melakukan peningkatan kapasitas (upgrade) terhadap aset tetap yang digunakan, apakah itu gudang, mesin, tanah atau apapun itu sumber daya yang menghasilkan terhadap pertumbuhan perusahaan.

    Jika terjadi upgrading terhadap aktiva tetap, hal ini akan menimbulkan pengeluaran pengeluaran yang cukup bernilai material bagi perusahaan.

    Contoh Kasus Peningkatan Kapasitas (Up-grading)

    PT Bianglala, yang bergerak dalam usaha pakan ternak, akhir akhir ini mengalami permintaan pesanan, omzet terus bertambah.

    Untuk itu PT Bianglala memutuskan untuk menambah kapasitas mesin Boiler yang dimiliki saat ini.

    Pemanas boiler ini menggunakan bahan bakar kayu dan ingin di ubah menjadi bahan bakar batu bara agar kinerja boiler meningkat.

    Dalam peningkatan kapasitas tersebut, PT Bianglala mengeluarkan kas dengan rincian sebagai berikut :

    Pembelian Besi 17.000.000
    Biaya Pasang Teknisi 7.000.000
    Penadah Batu Bara 6.000.000
    Biaya Lain Lain 2.000.000

    Transaksi tersebut dicatat :

    Debit | Mesin 32.000.000
    Kredit | Cash 32.000.000

    # Turun Mesin | Overhaul

    Turun mesin (overhaul) akan dialami oleh aset tetap tipe mesin atau aktivitasnya menggunakan mesin.

    Contohnya: Mobil, Mesin produksi, mobil atau kendaraan lainnya dan peralatan yang berhubungan dengan produksi.

    Aktiva mengalami turun mesin jika untuk bisa membuat suatu aset berfungsi dengan baik diperlukan pembongkaran hampir menyeluruh pada komponen utama dari aktiva tetap tersebut, lalu dilakukan pemasangan kembali.

    Pada saat aktiva dalam proses turun mesin, terjadi juga proses pergantian komponen, pemeliharaan, juga perbaikan pada aset mesin tersebut.

    Aktivitas over haul umumnya terjadi saat mesin menurun output-nya secara signfikan karena penggunaan yang sering.

    Tindakan over haul akan memperpanjang umur keekonomian mesin tersebut.

    Maka pengeluaran yang timbul sebaiknya dikapitalisasi dengan mendebit rekening akumulasi penyusutan sebesar pengeluaran turun mesin tersebut.

    Contoh Kasus Turun Mesin

    PT ABC Melakukan Turun Mesin pada salah satu mesin produksinya.

    Mesin yang di beli 9 tahun lalu diperoleh dengan harga Rp 50.000.000.

    Saat itu, mesin tersebut diestimasi memiliki life time selama 10 tahun dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus.

    Setelah dilakukan turun mesin tersebut, mesin tersebut diperkirakan akan mampu produktif hingga 5 tahun kedepan.

    Perusahaan menghabiskan dana hingga Rp. 8.000.000 untuk turun mesin tersebut

    Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :

    Debit | Akumulasi Penyusutan 8.000.000
    Kredit | Cash 8.000.000

    Notes :
    Jurnal diatas untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas turun mesin sebesar Rp 8.000.000

    Masalah berikutnya :
    • Berapa akumulasi penyusutan setelah turun mesin?
    • Berapa besarnya Nilai Buku mesin setelah turun mesin?
    • Berapa biaya penyusutan yang akan dibebankan pada tahun ke 9 ?
    • Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke 9 nanti ?
        Maka perlu kita lakukan perhitungan awal sebagai berikut :

        Sebelum Turun Mesin
        Harga Perolehan 50.000.000
        Umur Ekonomis 10 Tahun
        Biaya Penyusutan Per Tahun 5.000.000
        Akumulasi Penyusutan Tahun ke 9 45.000.000
        Nilai Tutup Buku Tahun ke 9 5.000.000

        Setelah Turun Mesin
        Akumulasi Penyusutan  37.000.000
        Nilai Buku 13.000.000
        Tambahan Umur Ekonomis 5 Tahun
        Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000
        Akumulasi Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000
        Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 10.400.000

        Keterangan
        Akumulasi Penyusutan 45.000.000 - 8.000.000
        Nilai Buku 50.000.000 - 37.000.000
        Penyusutan Tahun ke 10 13.000.000 : 5
        Akumulasi Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000 x 1
        Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 13.000.000 - 2.600.000


        Dari sana kita lihat.

        Setelah pengeluaran atas turun mesin di kapitalisasi sebesar Rp 8.000.000 dengan cara mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 8.000.000

        Maka Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 8.000.000 sehingga Akumulasi Penyusutan setelah turun mesin adalah :

        Rp 45.000.000 - Rp 8.000.000 =  Rp 37.000.000

        Nilai Buku menjadi

        Rp 50.000.000 - 37.000.000 = Rp 13.000.000

        Penyusutan yang dibebankan pada tahun ke-10 adalah sebesar :

        Rp 13.000.000 : 5 Tahun = 2.600.000

        5 Tahun adalah umur ekonomis setelah turun mesin, selama 5 tahun ke depan mesin tersebut dapat beroperasi

        Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi bisa kita hitung, yaitu :

        Rp 13.000.000 – Rp 2.600.000 = 10.400.000

        Beberapa Hal yang Perlu Dipertimbangkan

        Diatas tadi pada contoh kasus, beli ban dikapitalisasi, sedangkan beli wiper mobil kok tidak dikapitalisasi ?

        Wiper mobil harganya cuma 70 ribu.

        Mau dikapitalisasi kok nilainya kecil amat, tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai laba jika langsung dibebankan.

        Ok, berikut ini yang perlu diperhatikan,

        Apakah pengeluaran aktiva tetap (expenditure) itu sebaiknya dikapitalisasi atau dibebankan pada periode tersebut ?

        1. Tingkat Keseringan

        Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin, sebaiknya pengeluaran tersebut dijadikan biaya saja pada saat periode terjadinya pengeluaran atas aktiva tersebut.

        2. Materialitas

        Apabila suatu pengeluaran dirasa cukup material, hendaknya pengeluaran tersebut dikapitalisasi, sedangkan bila tidak, berarti di bebankan.

        Cara mengetahui material tidaknya dengan membandingkan pengeluaran yang terjadi dengan harga perolehan aset tetapnya.

        Tingkat materialitas dari toko bangunan tentu berbeda dengan perusahaan tambang.

        5 juta mungkin nilai yang material bagi toko bangunan. tapi bisa jadi recehan bagi perusahaan tambang !

        3. Lama Manfaat

        Jika pengeluaran terhadap aktiva tetap tersebut diprediksi akan memberikan manfaat yang lama atau lebih dari satu tahun buku.

        Maka sebaiknya pengeluaran atas aktiva tersebut hendaknya di kapitalisasi,

        Dan jika kurang dari satu buku, hendaknya tidak.

        Tapi sangkut pautkan juga dengan materialitasnya.

        4. Pengaruhnya terhadap Lama Manfaat atau Kapasitas Aktiva Tetap

        Apabila pengeluaran atas aktiva tetap tersebut di perkirakan memperpanjang umur atau meningkatkan kapasitas aktiva, hendaknya di kapitalisasi.

        Dan demikian sebaliknya.

        Bagaimana ?

        Sudah ada gambaran ?

        Dalam:

        Share:


        Anda Juga Bisa Baca

        Tidak ada komentar:

        Posting Komentar