Sperma : Pengertian, Struktur, Fungsi, Proses Terbentuk


Pada halaman ini akan dibahas mengenai Sperma : Pengertian, Struktur, Fungsi, Proses Terbentuk. Semua informasi ini kami rangkum dari berbagai sumber. Semoga memberikan faedah bagi kita semua.
A. PENGERTIAN SEL SPERMA
Sel sperma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “benih”. Oleh karena itu, dapat dikatakan jika sel sperma adalah sistem reproduksi utama pada laki-laki. Sel sperma adalah sel di dalam reproduksi laki-laki yang dibentuk di testis. Sel inilah yang nantinya akan bertemu dengan sel telur (ovum) pada wanita untuk bersatu dan membentuk zigot yang merupakan cikal bakal janin atau manusia.

Sel sperma pada manusia bersifat haploid yang ebrjumlah 23 kromosom, sehingga jika nantinya sel sperma bertemu dengan sel telur pada wanita, maka lengkaplah sel tersebut menjadi sel yang bersifat diploid yang memiliki jumlah kromosom sebanyak 46 buah.
Pengertian Sperma, Fungsi Sperma, Struktur Sperma, Pembentukan Sperma
PENGERTIAN, STRUKTUR DAN PROSES PEMBENTUKAN SPERMA
Sel sperma berbentuk seperti layaknya seekor kecobong yang memiliki ukuran kepala sekitar 5 mikrometer-3 mikrometer, sedangkan ekornya memiliki ukuran sekitar 50 mikrometer. Sel sperma pertama kali diteliti dan ditemukan oleh seorang ilmuwan yang bernama Anthony van Leuwenhook pada tahun 1677. Sperma secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Sel ini juga memiliki beberap aenzim yang berguna untuk mendukung tugasnya dalam mencapai sel telur. Energy yang diperoleh dari sel sperma berasal dari mitokondria yang dikandungnya.

Sperma dikeluarkan oleh seorang laki-laki melalui ejakulasinya dan keluar melalui saluran reproduksi termasuk uretra. Karena saluran kencing dan saluran reproduksi pada laki-laki itu adalah satu, beda halnya dengan wanita. Saat keluar, maka sperma akan langsung masuk ke dalam vagina wanita dan dengan kemampuan pergerakannya bergerak sampai ke ovarium untuk bertemu dengan sel telur (ovum).

Sel sperma yang bergerak disebut juga dengan spermatozoa, sedangkan sel sperma yang tidak bergerak disebtu dengan spermatium. Sel sperma terkandung di dalam cairan semen. Jadi, air mani yang disebut oleh orang awam adalah gabungan dari cairan semen dan sel sperma.

B. STRUKTUR SEL SPERMA
Seperti yang telah disebutkan di atas, sperma secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Kepala
Kepala pada sel sperma berbentuk lonjong dan terdapat inti sel (nucleus) dengan kadungan iformasi genetic berupa DNA di dalamnya. Informasi genetic inilah yang akan bertemu dengan informasi genetic dari sel telur dan akan menentukan apakah janin nya seorang laki-laki ataupun perempuan.
Pada kepala sel sperma ini juga diselubungi oleh dua enzim yang membantu sel sperma untuk menembus pertahanan reproduksi wanita. Terdapat enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus lapisa korona radiate pada sel telur, dan enzim akrosin yang berfungsi untuk menembus zona pelusida.
Kepala Sperma, Badan Sperma, Ekor Sperma, Enzim Akrosom
STRUKTUR SPERMA
2. Badan
Bagian tengah dari sel sperma mengandung banyak mitokondria yang berguna sebagai sumber energy bagi sel sperma dalam menjalankan aktivitasnya. Di dalam mitokondria ini, terdapat 11 buah mikrotubulus, serta mempunyai ATP-ase untuk menghidrolisis (mengolah ATP sebagai bahan utama sumber energi).

3. Ekor
Ekor sperma berbentuk flagella (alat gerak pada mikroorganisme) yang berbentuk sitoskeleton serta memiliki ukurn yang panjang sekitar 50 mikrometer. Ukuran panjang dari ekor sel sperma ini sangat menentukan sebuah kecepatan dari sel sperma. Rata-rata, sel sperma dapat bergerak dengan kecepatan 30 inci/jam.

C. PROSES PEMBENTUKAN SEL SPERMA
Proses pembentukan sperma atau disebut juga dengan spermatogenesis terjadi di dalam ruang tubulus seminiferous di dalam testis. Di dalam tubulus seminiferous ini, spermatogonium akan diolah menjadi sel sperma. Tubulus seminiferous ini sendiri terletak di dalam setiap ruang-ruang testis (lobules testis). Satu testis memiliki 250 lobulus testis.

Berawal dari spermatogonium yang kemudian membelah diri secara mitosis menjadi spermatosit primer, kemudian spermatosit primer membelah lagi secara meiosis menjadi spermatosit sekunder, lalu spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi spermatid. Spermatid inilah yang kemudian akan tumbuh dan berkembang menjadi sel sperma (spermatozoa) yang akan membuahi ovum.
Spermatogenesis
PROSES PEMBENTUKAN SPERMA
Berikut adalah penjelasan lengkap proses pembentukan sel sperma pada manusia :
1. Spermatositogenesis
Merupakan proses awal pemebntukan sel sperma yang bermula dari pembelahan diri spermatogonium secara mitosis menjadi spermatosit primer. Pada kedua jenis sel ini, baik spermatogonium dan spermatosit primer masih bersifat hapoid yang mengandung 23 kromosom.

2. Meiosis
Spermatosit primer yang sudah terbentuk dalam proses spermatositogenesis membelah diri secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan tetap memiliki sifat haploid yang mempunyai 23 kromosom. Kemudian, spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi spermatid.

3. Spermiogenesis
Proses ini merupakan pematangan sel spermatid menjadi spermatozoa yang siap untuk membuahi ovum.
Pada pria dewasa normal, sel sperma akan terus diproduksi seumur hidup mereka, walaupun kualitas dan juga kuantitas nya akan berkurang. Kualitas dan kuantitas sperma ini akan menentukan kemampuan-kemampuan sperma untuk menembus pertahanan menuju sel ovum.

Hal yang tidak dapat dipisahkan dari air mani manusia adalah adanya kandungan cairan semen. Cairan smeen inilah yang turut membantu pergerakan dari sel sperma selain ekornya. Cairan semen ini diproduksi di vesicular seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar uretra. Sel sperma pada umumnya dapat bertahan selama 5 hari di dalam saluran reproduksi wanita.

Pembentukan sel sperma pada manusia tidak terlepas dari peran hormone-hormon reproduksi, yaitu Luteinizing Hormone (LH), dan juga Folicle Stimulating Hormone (FSH). Peran dari kedua hormone ini adalah sebagai berikut :
  • Luteinizing Hormone (LH), hormone ini terletak di hipofisis bagian depan (anterior) dan berfungsi untuk merangsang sel Leydig menghasilkan testosterone, yang mana testosterone ini sangat berguna untuk pembelahan sel-sel spermatogonium. Selain itu, LH juga berperan dalam perkembangan kelamin sekunder pada pria, berupa pertumbuhan kumis dan jenggot, suaya yang lebih berat, dan lain-lain.
  • Folicle Stimulating Homone (FSH), hormone ini berfungsi untuk merangsnag sel Sertoli untuk membentuk ABP (Androgen Binding Protein) yang merangsang spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Sel sertoli ini juga berfungsi sebgaai bahan makanan untuk spermatozoa.
  • Growth Hormone (GH), yang berfungsi sebagai pengatur dalam pembelahan spermatogonium.

D. PROSES PENGELUARAN SPERMA
Spermatozoa yang telah matang kemudian dikeluarkan melalui slauran uretra keluar tubuh pria. Sebelum itu, sel spermatozoa ini bercampur dnegan cairan yang diproduksi oleh vesicular seminalis (cairan semen yang kental dan mengandung fruktosa, asam askorbat, dan enzim koagulasi serta prostaglandin. Lalu, keduanya juga bercampur dengan cairan yang diproduksi oleh kelenjar prostat yang berwarna seperti susu dan mengandung asam sitrat dan prostase specific antigen).
Cairan diatas juga bercampur dengan kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbourethra atau kelenjar uretra yang berfungsi menetralkan sisa-sisa urin yang memiliki pH asam agar sel sperma tidak mati.

E. KRITERIA SEL SPERMA NORMAL
Untuk mengetahui apakah sel sperma dalam tubuh pria memiliki fungsi yang normal atau tidak, maka dibutuhkan pemeriksaan mikroskopik (dengan menggunakan mikroskop) dan makroskopik (tanpa menggunakan mikroskop). Ada beberapa kriteria yang membuat suatu sel sperma itu menjadi normal, kriteria yang harus dipenuhi adalah :

1. Liquefaksi Sperma
Liquefaksi adalah tampilan sel sperma apakah tampak cair ataupun kental. Normalnya, cairan sperma akan mencair dalam waktu 15-20 menit. Hal yang mempengaruhi factor mengapa cairan ini menjadi kental atau cair adalah factor enzim seminim yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. Jika sel sperma setelah dikeluarkan tampak mencair, maka terdapat kelainan pada vesicular seminalisnya. Sedangkan jika sel sperma setelah 20 menit masih juga kental, maka terdapat kelainan pada kelenjar prostatnya yang menghasilkan enzim seminalis.

2. Volume Sperma
Volume sperma manusia yang dihasilkan pada saat ejakulasi rata-rata adalah 2-5 ml. apabila volume sperma kurang dari 2 ml, maka disebut dengan hipospermia, sedangkan jika melebihi volume 5 ml disebut dengan hiperspermia.

Volume sperma yang kurang biasanya disebabkan oleh aktivitas ejakulasi yang terlalu sering dan juga dapat disebabkan oleh adanya penyempitan pada vesica seminalis. Sedangkan volume sperma yang tinggi berhubungan dengan aktivitas berlebihan pada kelenjar prostat, atau aktivitas hormone yang berlebihan.

3. Jumlah Sperma
Jumlah sperma yang normal adalah 200 juta/ml. jadi, jika sel sperma kurang dari jumlah tersebut, maka dikatakan dengan kondisi oligozoospermia. Sedangkan kondisi azospermia adalah kondisi jika tidak ditemukan sel sperma pada cairan ejakulasi yang diperiksa. Sedangkan jika tidak dapat terjadi ejakulasi pada seseorang disebut dengan aspermia.

4. Warna Sperma
Warna sperma yang normal adalah berwarna putih kental seperti susu. Adapun jika warnanya menjadi putih kekuningan, berarti telah terjadi infeksi pada saluran genitalia. Sedangkan jika warna sperma menjadi merah, maka dipastikan telah terjadi perdarahan.

5. Bau Sperma
Bau sperma yang normal adalah seperti bau bunga akasia. Bau ini disebabkan oleh proses oksidasi spermin yang terjadi pada pembentukan cairan sperma. Keadaan infeksi dapat menyebabkan kelainan pada bau sperma.

6. pH Sperma
pH normal sperma pada manusia adalah bersifat basa, atau dalam rentang 7,2-7,8. pH yang asam dapat terjadi karena proses ketidaknormalan pada kelenjar prostat, visicu;a seminalis, ataupun kelenjar uretra.

7. Viskositas Sperma
Viskositas atau kekentalan sperma dapat dites dengan menggunakan lidi. Caranya adalah dengan mengambil sedikit cairan sperma lalu dibentangkan. Jika viskositas sperma normal, maka akan terbentuk seperti benang dengan panjang 3-5 cm.

8. Morfologi Sperma
Dalam hal morfologi sperma, penting diperhatikan bentuk, ukuran, dan penampilan dari sperma itu sendiri. Morfologi ini dapat dilihat di mikroskop. Menurut WHO, setidaknya harus terdapat 50 %  dari jumlah keseluruhan sperma yang diperiksa harus normal dalam bentuk, ukuran, dan penampilannya. Jika morfologi sperma yang normal kurang dari 30 %, maka disebut dengan teratozoospermia.

9. Motilitas Sperma
Motilitas atau pergerakan sperma yang normal biasanya bergerak dalam keadaan maju dalam satu garis lurus dengan kecepatan yang baik. Menurut WHO, ada 4 macam pengelompokan sperma berdasarkan motolitasnya, yaitu :
  • Kelas A, yaitu sperma dengan pergerakan yang maju dalam satu garis lurus
  • Kelas B, yaitu sperma dengan pergerakan yang maju dalam garis yang melengkung, atau maju dalam garis lurus, tetapi lambat
  • Kelas C, yaitu sperma dengan pergerakan yang nampak di bagian ekor saja
  • Kelas D, yaitu sperma dengan tidak adanya pergerakan sama sekali
Kelainan pada motilitas sperma disebut dengan Asthenozoospermia.
Kelainan Pada Sperma, Gangguan Pada Sperma, Sperma tidak Normal, Sperma Abnormal
SPERMA ABNORMAL
F. CARA AGAR SEPERMA TETAP NORMAL
Banyak hal yang dapat dilakukan agar sperma yang terkandung di dalam tubuh kita tetap dalam keadaan normal, yaitu :
  • Berhenti merokok dan penggunaan obat-obatan terlarang
  • Mengkonsumsi makanan penuh gizi dan jaga berat badan ideal
  • Hindari minum alcohol
  • Menghindari paparan bahan-bahan yang mengandung racun
  • Selalu menjaga keadaan skrotum (kantung pelir) tetap dalam keadaan dingin, karena suhu yang panas dapat menghambat proses produksi sperma

Dalam:

Share:


Anda Juga Bisa Baca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar